Mei 19, 2017

Cerita Pertama Kali Menggunakan BPJS Kesehatan

Sejak 1 Januari 2014, BPJS Kesehatan mulai berlaku di Republik ini, sesuai amanat UU No. 24 Tahun 2011. BPJS singkatan dari Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial. Secara prinsip, program BPJS ini sangat baik dan menguntungkan WNI karena menjamin kesehatan seluruh rakyat Indonesia dari bayi yang baru lahir sampe orang yang sudah sepuh. Tentu dengan kewajiban yang sudah disyaratkan (red-iuran). Bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) dan pegawai BUMN, BPJS sudah menjadi kewajiban. Iuran BPJS dipotongkan setiap bulan dari gaji mereka. Di tataran teknis, acap kali mengerutkan dahi dan membutuhkan kesabaran, sudah banyak cerita di media sosial mengenai kekecewaan terhadap BPJS ini. Memang tidak sempurna tapi masih berjalan. Namun, di beberapa cerita, banyak yang terbantu pula dengan BPJS ini. 

Saya punya seorang teman. Dulunya, ia bekerja di perusahaan swasta yang memberikan benefit asuransi kesehatan umum, sebut saja ABDA Insurance. Ia bercerita bahwa sangat mudah mengurus dirinya ketika sakit. Tinggal datang ke Rumah Sakit yang bekerja sama dengan ABDA, tunjukan kartu, berobat, selesai. Memang sih, ada limit per tahunnya. Saat ini, ia mengabdi di perusahaan milik negara, yang kebetulan tidak memberikan benefit asuransi kesehatan umum. Asuransi yang didapat hanya BPJS Kesehatan saja. "masih alhamdulillah..", ungkapnya. 

Sejak 2014, teman saya ini mendapat ujian berupa sakit yang mengharuskan ia mengunjungi dokter spesialis. Bukan sakit yang berat seperti jantung, liver, kanker, hanya saja cukup mengganggu karena sifatnya yang estetik. Sebut saja alergi kulit. Ia berbagi pengalamannya menggunakan fasilitas BPJS ini beberapa waktu lalu. Saya coba mensarikannya. 

Berhubung teman saya ini memerlukan konsultasi dengan dokter spesialis, datanglah ia ke fasilitas kesehatan tingkat I Klinik Zaskia Husada di Lubuk Pakam sana. Sudah barang tentu, di klinik tersebut tidak ada dokter spesialis, hanya dokter umum saja. Ia meminta rujukan ke dokter spesialis. Menurut penuturan resepsionis, rujukan dari faskes I harus ke Rumah Sakit tipe C, tidak boleh langsung ke Rumah Sakit tipe B. Lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya, sekitar 5 km. Oia, ada yang terlupa. Ia datang ke klink hari selasa. Berhubung tidak ada jadwal spesialis di hari tersebut, maka ditawarkan di hari berikutnya, rabu, pukul 9 - 12 WIB. Surat rujukan baru dapat diambil hari rabunya. Esok hari ia datang, resepsionis bilang kalau jaringan sedang mati jadi dibuatkan surat rujuan offline dengan catatan di bawahnya. Teman saya baru tahu kalau rujukan itu sudah bisa dilakukan secara online. Sebelum pergi, mbak resepsionis berpesan untuk membawa fotokopi Kartu Keluarga 3 rangkap. Teman saya kaget, "lah gimana mba baru ngasih tau sekarang, saya bukan asli domisili disini", keluhnya. Terus mbaknya bilang, "dicoba aja dulu mas, minta tolong dengan petugasnya". Teman saya mulai agak kesal karena pemberitahuan yang mendadak itu. Macam-macam pikiran ada di kepalanya. Akhirnya, tanpa pikir panjang, teman saya bergegas menuju RS tipe C tersebut, RS Patar Asih, Lubuk Pakam.
Surat Rujukan dari Faskes Tk I
Tidak lama berkendara, teman saya telah sampai di RS Patar Asih. Kesan pertama: Rumah Sakitnya sederhana tetapi bersih. Itu saja. Dengan membawa berkas, teman saya memasuki lobi, mencari tempat pendaftaran. Di pintu masuk lobi, seorang satpam menanyakan keperluannya. Tanya jawab singkat, pak Satpam tersebut memberikan nomor anterian dan mempersilahkan untuk menunggu. Hanya terpaut 3 anterian, teman saya dipanggil oleh mbak resepsionis, Seperti yang dibilang oleh mbak resepsionis klinik, teman saya diminta menyerahkan surat rujukan beserta fotokopi kartu BPJS, KTP, dan surat rujukan masing-masing 3 rangkap. Ternyata bukan Kartu Keluarga yang diinformasikan oleh resepsionis klinik. Berhubung teman saya ini datang di waktu yang mempet dengan jadwal praktek yang akan habis, mbaknya bilang lanjut saja tetapi berkasnya menyusul, difotokopi setelah selesai konsultasi. 

Selanjutnya, kata teman saya, anterian juga tidak begitu lama, hanya sekitar 15 - 20 menit. Memang bisa dikatakan pengunjungnya tidak terlalu banyak. Pas bertemu dengan dokter spesialis, teman saya menceritakan apa yang dialaminya dan bagaimana biasanya men-treatment-nya. Teman saya sudah beberapa kali bertemu dokter spesialis, baru 1 dokter yang resepnya cocok dengannya. Obatnya racikan dari beberapa jenis obat, bentuknya padat/cream. Di dunia ini, memang berbagai perusahaan memproduksi obat dengan fungsi sejenis yang harganya beraneka ragam, dari yang murah (generik) sampai yang mahal. Ini anak Farmasi lebih paham yang beginian. Kebetulan banget resep yang cocok untuk teman saya ini kalau ditotal berkisar 400 - 500 ribu (untuk 2 racikan obat). Biaya yang lumayan untuk pemakaian yang sifatnya rutin. Ia biasanya ke spesialis setiap 2 bulan sekali. Meskipun berbeda-beda apotek atau Rumah Sakit, tetap harganya tidak pernah di bawah 400 ribu, tentu dengan jumlah dan jenis obat yang sama. Memang pasarannya segitu. Oia tambahnya, biaya tersebut belum termasuk biaya konsultasi dokter spesialis yang umumnya di atas 120 ribu. Total per tahunnya, silahkan dihitung sendiri. Yang pasti, lumayan kalau untuk dibelikan gorengan dan es teh manis. Gimana mau sehat coba kalau makanannya gorengan plus es. hehehe. #intermezzo.

Singkat cerita, dokter tersebut memberikan resep obat sesuai dengan yang teman saya inginkan (karena memang cocok). Dengan hati yang berbunga-bunga (lebay sih), ia menuju apotek RS. Belom selesai dia berbahagia, mbak apotekernya bilang, "wahh.. ngga ada ini mas obatnya, lagipula kalau ditotal 450 ribu". Teman saya memang sudah menduga akan semahal itu. Lebih lanjut mbaknya nanya, "mau ditebus sendirinya di apotek luar?". Dalam hati teman saya, "ngapain saya pakai BPJS kalau harus keluar biaya lagi, mending langsung datang ke dokter spesialis. singkat, padat, tidak butuh waktu banyak". Mbaknya bilang kalau memang tidak bersedia ia akan menanyakan ke dokter apa penggantinya. Teman saya pun mengiyakan sembari izin untuk melengkapi berkas tadi (cari tempat fotokopian). Memang sudah diputuskan oleh Allah kalau ia harus lebih bersabar. Pasalnya, listrik di sekitar RS mati. Jadi, gagal memfotokopi. Ia tidak menyerah, ia mencari tempat fotokopi yang jaraknya barang 4 km, sembari mencari tempat makan siang.
Salinan Resep
Sesampainya di RS lagi, ia menuju apotek. Oleh mbaknya, ia diarahkan ke kasir untuk meminta bukti pembayaran, baru kembali lagi ke apotek untuk mengambil obat. Alhamdulillah dibayarin oleh BPJS. Namun, ia agak kaget ketika melihat total tagihannya, biaya dokter spesialis 120 ribu, obatnya hanya 35 ribu. Jeng-jeng-jeng. Yasudah, masih untung dikasih obat. Apakah obatnya cocok dengannya atau ngga, biar nanti waktu yang menjawabnya. Hitung-hitung nyoba obat baru. Kalau cocok, alhamdulillah dapat resep dengan harga terjangkau. Yuk, kita doakan, semoga teman saya ini sehat-sehat selalu, barokah umurnya, dan segera sembuh dari sakitnya, Aamiin. Sekian cerita singkat saya tentang pengalaman teman saya memakai BPJS pertama kali. 

Agustus 10, 2014

Terukir di Bintang (Yuna)

Jika engkau minta intan permata
Tak mungkin ku mampu
Tapi sayangkan ku capai bintang
Dari langit untukmu
Jika engkau minta satu dunia
Akan aku coba
Ku hanya mampu jadi milikmu
Pastikan kau bahagia
Hati ini bukan milik ku lagi
Seribu tahun pun akan ku nantikan kamu
Sayangku jangan kau persoalkan
Siapa di hatiku
Terukir di bintang
Tak mungkin hilang cintaku padamu
Hati ini bukan milik ku lagi
Seribu tahun pun akan ku nantikan kamu
Sayangku jangan kau persoalkan
Siapa di hatiku
Terukir di bintang
Tak mungkin hilang cintaku padamu
Sayangku jangan kau persoalkan
Siapa di hatiku
Terukir di bintang
Tak mungkin hilang cintaku padamu
Terukir di bintang
Tak mungkin hilang cintaku padamu


---
Lagu ini saya dapat dari teman. Overall saya suka lagunya. Awalnya saya kira penyanyi Indonesia ternyata Malaysian Singer. Ngga kalah lah sama Siti Nurhaliza. Wkwkwk

April 13, 2014

Menuju Pangrango!

Lagi. Saya mencoba menjelajah alam bersama teman-teman AADT. Tujuan kami mungkin tidak terlalu asing bagi pembaca. Ya, gunung Pangrango! Tidak asing bukan? Gunung yang terletak di Bogor, Jawa Barat ini memiliki ketinggian 3019 mdpl. Pangrango terkenal dengan lembah Mandalawanginya. Lembah tersebut merupakan tempat favorit bagi tokoh Soe Hok Gie. Oke, saya tidak akan bercerita tentang sosok Soe Hok Gie. silahkan yahooing sendiri :p Saya hanya akan berbagi sedikit safarnama. Istilah tersebut saya ambil dari buku berjudul “Titik Nol” karya Agustinus Wibowo, yang menurut penulis artinya ialah catatan perjalanan. Oia, saya baru kali pertama ke Pangrango.

Kami berangkat dari terminal Kp. Rambutan pukul 23.30 tanggal 4 April 2014 dan tiba di Cibodas (jl. Labuan – Cianjur) pukul 02.00 keesokan harinya. Dari jalan Labuan - Cianjur, kami harus melanjutkan dengan angkot sekitar 20 – 30 menit. Setiap weekend, angkot banyak yang ngetem untuk mengangkut pendaki ke kebun raya cibodas. Sekali angkut dikenai biaya Rp 5.000,- per kepala. Sebenarnya ongkos di siang hari hanya Rp 3.000,- per kepala. Beruntung kami bersembilan, angkot bisa kami minta untuk langsung jalan tanpa menunggu penuh, biayanya Rp 60.000,- per angkot. Carrier kami tata sedemikian rupa di tengah angkot sedangkan kami duduk di samping jendela. Seperti biasa, kami menuju warung yang berjualan di sekitar Kebun Raya Cibodas. Mereka buka 24 jam. Sepertinya memang diperuntukkan untuk pendaki layaknya kami ini. Sedikit bercengkerama dan kami lelah tertidur di bagian belakang warung yang memang disediakan untuk beristirahat para pendaki. Keesokan paginya kami bangun, sholat subuh, bersih-bersih, re-packing dan tak lupa sarapan untuk mengisi tenaga kami. Kami siap melanjutkan perjalanan. 

Sabtu, 5 April 2014, pukul 08.00 WIB. Kami berangkat dari warung menuju pos pendaftaran (Base Camp) untuk mendaftar ulang. Sebelumnya, salah satu teman kami sudah mengurus SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi). Petugas pos menanyakan kelengkapan barang-barang dan logistik kami untuk memastikan keamanan kami selama perjalanan. Pukul 08.30 WIB kami mulai berangkat dari Base Camp. Bismillahirrahmanirrahim! Kami jalan.
Gambar 1. Pos Pendaftaran
Kami tidak sendiri. Dari kuota 300 orang via jalur Cibodas, hampir penuh. Meksi kadang ada beberapa yang batal termasuk di kelompok kami. Selain itu, awal april bertepatan dengan kali pertama Taman Nasional Gunung Pangrango (TNGP) dibuka sehingga bisa dipastikan penuh, ya memang tidak dipungkiri Gn. Gede dan Gn. Pangrango merupakan salah satu destinasi favorit para pendaki. Jalur awal didominasi jalur landai berbatu, diselingi tangga-tangga baik naik maupun turun. Kanan kiri dihiasi pepohonan berukuran kecil sampai besar. Beberapa menit berjalan, ada petunjuk jalan menuju tempat pengamatan burung, ya disini memang ada spesies burung tapi sayangnya saya tidak tau jenis-jenisnya. Maju sedikit (sebenernya ngga sedikit sih), di sebelah kiri jalan yang kami lalui ada sebuah danau yang bisa berganti-ganti warna, tergantung dari algae yang sedang berkembang. Warna air danaunya bisa hijau, merah, biru (kalo ngga salah ya :p). Berhubung keberangkatan kami bertepatan dengan seringnya hujan jadi warna danaunya butek. Lima puluh menit berjalan, kontur jalan yang kami lalui mendadak rendah sehingga pihak TNGP membuatkan jembatan kayu, mungkin sepanjang 150 – 200 m (ini perkiraan saya aja :p). Rumput gajah mendominasi sepanjang jembatan ini dan hamparan rumput ini luas, sekitar 100 – 150 m ke kanan dan ke kiri jembatan. Tinggi jembatan kira-kira 2 m. Tahun lalu jembatan masih berupa kayu, sekarang sudah dilapisi adukan beton. Lumayan memudahkan kaki-kaki untuk melangkah. Di tempat ini pula, bisa dimanfaatkan untuk berfoto ria karena disediakan dua spot khusus. Selesai melewati jembatan, kami sampai di Pos Panyangcangan. Ada sebuah bangunan untuk beristirahat, tidak terlalu luas hanya 4 m x 4 m tetapi cukup untuk berteduh sewaktu hujan. Lima menit dari pos ini ada air terjun Cibodas. Airnya deras, yaiyalah hehe. Kami sudah pernah kesana sebelumnya jadi belum ada rencana untuk berkunjung lagi.
Gambar 2. Pos Panyangcangan
 to be continued ... 

Januari 12, 2014

Kita memang tak sama
hanya beberapa persamaan dan banyak sekali pertidaksamaan
tetapi kita menyikapinya dengan senang hati

Dahulu,
langkah kita serempak
tawa kita superposisi
hati kita menyatu-padu
bahkan mungkin kita satu tubuh, satu jiwa, satu fikiran
saat kau sedih aku lah pelipurmu, begitu sebaliknya
saat kau bahagia aku pasti bahagia
saat kau ingin A, aku pun ingin A
saat aku ingin B, kau pun mengikuti
nyaris tak ada beda, hanya sedikit perselisihan kata
kita bersenang-senang bersama
menyenandungkan suara alam

Kini,
sedikit berbeda
kita terpaut dimensi jarak, ruang dan waktu
perlahan tapi pasti
langkah kita mulai berbelok
tawa kita tak lagi sama
hanya menyisakan hati yang diliputi doa-doa
dan meninggalkan cerita manis di masa lalu
semoga kau bahagia, sehat, selamat, semakin kuat disana
meraih cita, menjejak alam, menembus semesta

Tenang lah, kawan!
Ini memang bukan akhir, hanya awal sesuatu yang baru

Desember 23, 2013

One Day One Juz

Belum lama ini, di jaringan pertemanan saya, mereka sebuah program yang bernama One Day One Juz atau disingkat ODOJ. Apabila diartikan secara harfiah tentu 1 hari 1 juz (Al-Qur'an). Memang demikian adanya, program ini bertujuan untuk membiasakan diri untuk membaca Al-Qur'an setiap hari, lebih tepatnya 1 juz per hari. Bagi sebagian orang mungkin terasa berat, komentar ini normal kok karena menurut saya juga berat, hehe. Tapi ada juga yang sudah terbiasa membaca 1 juz per hari.

Logo One Day One Juz (ODOJ)

Program ini memanfaatkan aplikasi Whatsapp, mungkin sudah tidak asing di telinga kita, #yaiyalah Indonesia pengguna aktif Whatsapp nomer 1 dunia. Saya bingung harus bangga atau sedih. Lanjut, yang ingin ikut program ODOJ akan dimasukkan ke dalam sebuah grup WA, total ada 31 orang, 1 berperan sebagai admin. Setiap orang diharuskan membaca 1 juz per hari sehingga setiap hari bisa khatam grup 1 kali dan dalam 1 bulan bisa khatam pribadi. Ada sistem pelaporan per hari. Di hari pertama, admin akan menjadi PJ untuk rekap peserta yang sudah selesai 1 juz. Update dilakukan di jam-jam tertentu, misal pukul 12.00, 16.00, 18.00 dan terakhir pukul 20.00. Apabila ada yang belum selesai tetapi masih ingin meneruskan diperkenankan hingga pukul 21.00. Namun, bila merasa tidak sanggup, bisa dilelang / dibantu oleh peserta lain yang sudah selesai. Hari berikutnya, PJ rekap adalah peserta, bergantian setiap hari sesuai urutan juz atau sesuai kesepakatan grup. Mudah bukan?

Jujur, saya suka dengan program ini. Pemrakarsanya sungguh luar biasa, mungkin bagi saya idenya sederhana tetapi sangat bermanfaat. Saya perhatikan banyak cerita peserta yang senang, antusias, bersemangat. Intinya sangat terbantu dengan program ODOJ. Dari hari ke hari, peserta program makin banyak. Dari update (21 Des 2013) yang saya dapatkan, tercatat 345 grup laki-laki, 823 grup perempuan, total 1.168 grup = 35.040 peserta ODOJ. Luar biasa bukan! Oia, ada juga peserta ODOJ dari kalangan artis lho, ada Teuku Wisnu dan Dude Herlino. Itu yang saya tahu, mungkin sudah bertambah.

Mungkin ada yang khawatir kalau bergabung di ODOJ malah membuat riya atau niat beribadah karena orang. Ya, saya tidak menyalahkan, menurut saya itu wajar saja karena memang niatan menjadi hal yang utama dalam melakukan sesuatu. Meski pada akhirnya kembali ke niat diri sendiri. Bagi saya, ODOJ penting untuk "memaksa" diri untuk berinteraksi dengan Al-Qur'an. Saya yakin, semakin sering berinteraksi dengan Al-Qur'an maka semakin keranjingan, semakin ingin belajar banyak tentangnya, semakin ingin menghafalnya, semakin cinta dengannya. Dan tentu membaca Al-Qur'an banyak pahalanya dan banyak manfaat lainnya. Jadi, tunggu apa lagi?

Untuk lebih lengkapnya, bisa mengunjungi laman resminya: www.onedayonejuz.org

November 13, 2013

Good Morning Song!

Disuatu pagi, menjelang matahari terbit, ada sebuah pesan Whatsapp yang masuk ke gadget saya. Kiriman lagu berbahasa inggris yang saya tidak tahu judulnya. Saya download dan dengarkan. Ehm, lagunya enak didengar dan saya suka seketika #aneh. Dan saya baru tahu judulnya beberapa jam setelahnya, here is it.

GOOD MORNING SONG - MOCCA

Your Love is like a morning dear
pure and simple every day
your love is like morning dear
pure and softly every day


your love is like a glowing sunrise
warm and shiny every day
your love is like a morning rise
nice and easy to be loved


good morning love
have a nice day
good morning love
have a nice day


your love is like a morning dear
pure and simple every day
your love is like a morning rise
nice and easy to be loved


good morning love
have a nice day
good morning love
have a nice day



Oktober 30, 2013

Milad AADT di Merapi

Perjalanan seakan tak ada habisnya. Begitulah hidup, menuntut kita untuk terus berjalan, berjalan memperbaiki diri dari setiap momen yang kita alami. Menurut saya, wisata alam merupakan salah satu cara yang baik untuk memperbaiki diri. Sadar bahwa alam memiliki cara sendiri untuk mengajarkan kita tentang arti kerja sama, tenggang rasa, menghormati, menghargai, kesabaran, keikhlasan, dan masih banyak lagi.
Lagi-lagi tentang gunung. Tujuan yang kami tentukan kali ini adalah Gunung Merapi 2826 mdpl, terletak di dua propinsi yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta (Kab. Sleman) dan Jawa Tengah (Kab. Magelang, Kab. Boyolali, Kab. Klaten). Posisi Merapi tepat berada di sebelah selatan Merbabu. Saat bulan September naik ke Merbabu, Merapi-lah yang menjadi pemandangannya. Begitu juga sebaliknya. 
Puncak Merbabu dilihat dari Kaki Gunung Merapi
Perjalanan AADT bukanlah perjalanan biasa. Kali ini dalam rangka memperingati milad AADT yang pertama. Meski sebenarnya milad AADT adalah tanggal 28 Oktober 2012. Namun, waktu yang dekat dengan tanggal tersebut adalah 25 - 27 Oktober. Ndak apa lah miladnya maju sedikit, hehe. Seperti biasa, jum'at adalah hari keberangkatan. Pukul 18.00 berkumpul di Depok, beberapa berangkat langsung ke Stasiun Pasar Senen. Pukul 20.00 berangkat dari Depok menggunakan Commuter Line, turun di Gondangdia dan melanjutkan dengan Taksi ke Stasiun Pasar Senen. Tunggu punya tunggu, kejadian bulan sebelumnya terulang lagi, ada personil yang nyaris terlambat. Meski akhirnya tetap lengkap. Fiuh.
Kereta Tawang Jaya mengantar kami ke Semarang, kemudian menggunakan truk menuju Base Camp Selo yang berada di Kabupaten Boyolali. Perjalanan sekitar 4 jam. Sepanjang perjalanan kami bermain mafia-mafia-an. Permainan yang membuat kami keranjingan hingga tidak terasa bahwa pukul 12.00 kami sudah sampai Base Camp Selo. Istirahat, sholat, makan, repacking.
Pukul 13.30 kami mulai naik. Sebelum berangkat kami sempatkan untuk berfoto ria di depan tulisan NEW SELO. Perjalanan diawal dengan ladang penduduk, menanjak, kombinasi debu dan kerikil kecil. Kemudian kami melewati gerbang Masuk Gunung Merapi. Istirahat sejenak. Lanjut lagi. Makin ke atas, makin menanjak, berbatu. Kemudian ada pertigaan. Belok ke kanan merupakan jalur evakuasi. Jalur ke kiri merupakan jalur alternatif. perbedaannya, jalur alternatif lebih banyak landainya dan dominasi tanah. Jalur evakuasi cukup curam, donimasi batu-batu. 
Kondisi Perjalanan Awal

Gerbang Pendakian Merapi
Pos 1
Pos 1 dilewati, masih lanjut lagi, waktu semakin malam, angin kencang, kabut turun begitu tebal. menjelang pos 2, jalur makin sempit, kanan dan kiri adalah bebatuan yang cukup curam, mungkin cocok disebut sebagai jurang. Rencana kami akan menginap di Pasar Bubrah. Namun, sepertinya tidak memungkinkan, kabut tebal, ber-20 orang, beberapa kondisinya tidak fit, jalur sempit. Akhirnya kami memutuskan untuk camp setelah pos 2, sebelum batas vegetasi habis. Saat itu, waktu menunjukkan jam 7-an malam, kabut tebal, angin cukup kencang, hujan rintik.
Berhubung tempat camp yang sempit, kami membagi menjadi 2 kelompok. Jarak kami berdekatan. Saya di kelompok yang bawah. Spontan kami memasak air untuk menghangatkan badan, memasak lauk untuk makan malam. Menu malam itu adalah ayam goreng, hum yummy. Tenda juga segera didirikan untuk berganti pakaian karena pakaian yang basah tidak baik digunakan untuk tidur. Mengapa? karena bisa masuk angin atau demam, bahkan bisa membuat hipotermia. Dua tenda telah didirikan, flysheet juga dipasangkan di atas dua tenda tersebut. Setelah selesai, kami makan malam bersama meski sudah pada kenyang karena menggado lontong dan lauk sewaktu memasak. Selesai makan, kami tidur. Waktu menunjukkan pukul 9.30-an malam. Tidak lama tidur, hujan mulai deras dan berlanjut sampai lebih dari pukul 3 pagi. Beberapa tenda kami bocor dan basah. Barang dan orang diungsikan ke tenda yang tidak bocor.
Awalnya kami akan berangkat pukul 3 pagi untuk summit attack. Cuaca masih hujan deras, kabut tebal, angin berhembus kencang, beberapa dari kami juga tidak fit. Akhirnya, kami mengurungkan niat untuk ke puncak. Pagi menjelang, matahari bersinar, kabut masih tebal, suhu udara tentu dingin. Baru pukul 5 pagi lewat, kami mulai keluar tenda, menikmati segarnya udara pagi Merapi. Mulailah kami beraktivitas, ada yang nyemak, ada yang masak. Menu pagi ini adalah menu baru bagi kami yaitu Soto Ayam, hehe. Rasanya nikmat, dibuat tanpa micin, disajikan selagi hangat, para kokinya hebat deh, hehe.
Hari sudah mulai terang, kabut perlahan bergeser, puncak Merapi terkadang terlihat dari tempat Camp. Sayangnya kami hanya dapat menikmati dari kejauhan. Namun, kami tak berkecil hati, kami masih bisa berfoto-ria di atas batu besar dengan background puncak Merapi. Ini agak maksa sih tapi setidaknya itu cukup membuat kami bahagia. Toh bahagia tidak diukur dari actual = planning. Padahal ini semacam menghibur diri, hehe. Akan tetapi, hal penting yang kami sadari adalah bahwa manusia boleh merencanakan tetapi Allah-lah yang menentukan #sokbijak, hehe. Banyak kawan pendaki lain yang melewati kami untuk summit attack, kami hanya bisa mendoakan mereka sampai puncak dengan selamat dan kembali ke Base Camp dengan selamat pula. Kami memiliki constraint waktu, jam 1 siang harus sudah sampai Base Camp New Selo untuk selanjutnya menuju Semarang selama 4 jam. Oleh karena itu, kami tidak dapat melanjutkan ke puncak. Jika memaksakan diri, kemungkinan besar kami tidak dapat mengejar jadwal kereta. Pelajaran yang saya ambil disini adalah kesabaran dan kebersamaan, mungkin kami tidak dapat mencapai puncak Merapi saat ini tetapi kami yakin suatu saat kami dapat mencapai puncak Merapi bersama-sama. Milad AADT tetaplah berkesan selama perjalanan ini, meskipun kami lelah, kami tetap senang, kami bertemu kawan baru, kami memiliki cerita baru, kami memiliki permainan baru, dan yang terpenting adalah kami semakin yakin bahwa ciptaan-Nya sungguhlah luar biasa indah, tak tertandingi.
Puncak Merapi Tertutup Kabut
Kereta kami dijadwalkan pukul 19.33. Kami sampai Semarang sekitar jam 6 sore. Waktu yang tersisa kami manfaatkan untuk bersih-bersih, sholat dan makan malam. Kami tak sempat membeli oleh-oleh. Selain kami juga nanti kerepotan membawanya. Tunggu punya tunggu, kereta kami telat lagi. Pukul 8 malam kereta kami tiba, segera kami naik dan mengatur barang bawaan yang super banyak #lebay. Kereta berangkat, obral-obrol sana-sini, sebagian mata telah terpejam, sebagian lain antusias dengan Bapak Sang Peramal, beberapa mengisengi kawannya, ada yang jeprat-jepret kamera. Kereta semakin melaju, tubuh kami pun semakin lelah, mata terpejam. Kami tidur di kereta menuju kota Jakarta. Selamat datang kembali di Kota yang keras! dan Selamat Milad AADT, Semoga makin kece membadai dan makin dekat dengan Tuhan! Aamiin :)