Hari raya ‘idul fitri 1429 H baru saja berlalu. Di hari nan bahagia itu,
kita seperti baru dilahirkan kembali ke dunia, seluruh dosa-dosa kita
terampuni. kita ibarat kertas putih yang tak ternoda sedikit pun.
Sebelum ‘idul fitri, kita telah dihadapkan dengan bulan ramadhan, bulan
saatnya umat muslim di seluruh dunia melakukan ibadah puasa. Di bulan
itu, kita diwajibkan untuk berpuasa menahan hawa nafsu, meninggalkan
hal-hal yang keji, memperbanyak ibadah. itulah bulan penggemblengan.
Namun, apa yang telah kita lalui selama sebulan penuh akan sia-sia jika
keadaan kita tidak berubah menjadi lebih baik. setelah ramadhan, kita
sama seperti sebelum ramadhan, senantiasa melakukan maksiat,
berkata-kata kotor/tidak sopan, mencontek disaat ujian, berbohong,
mengadu domba, membicarakan orang lain dan masih banyak lagi
perbuatan-perbuatan yang justru menambah dosa kita. saat ramadhan, kita
rajin melaksakan ibadah, shalat rawatib, tilawatil al-Qur’an, shadaqoh,
berbuat baik terhadap orang lain, suka membantu. Akan tetapi, setelah
ramadhan perbuatan-perbuatan kita berubah 180ยบ. itukah yang disebut
seorang muslim yang kaffah? mungkin kah kita masuk surga-Nya jika kita
tetap seperti itu?jawabannya bukan lain adalah tidak. Jadi, apalah
artinya bulan ramadhan jika kita tidak meninggalkan perbuatan-perbuatan
yang dapat menambah dosa kita. seharusnya kita lebih sadar bahwa kita
harus senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah swt,
senantiasa mengingat-Nya, beribadah hanya untuk-Nya, melakukan segala
aktivitas kita karena niat ikhlas untuk menggapai ridha_Nya.