April 02, 2012

abjad

barusan mendengar seseorang sedang telepon untuk pesen pesawat keesokkan harinya. seperti biasa, diperlukan beberapa data seperti nama, alamat la la la la. nah, terdengar tuh, "mama....alfa....echo...yengki.." hm. mulai berfikir. ya saya memang pernah diajarkan hal seperti itu untuk korespondensi terutama saat telepon ketika menjadi panitia Temu Etos Nasional 2009. masalahnya udah lupa dan kayanya besok-besok perlu. yauwis, nyari di mbah google. alhamdulillah nemu kaya yang di bawah ini.

alfa,beta,charlie,delta,echo,fanta,golf,hotel,india,juliet,kilo,london,mama,nancy,oscar,papa,q-beck,romeo,sierra,tango,ultra,victor,whisky,x-ray,yengki,zulu

sumber:
http://kanvaso.com/show.php?id=gafF

Maret 19, 2012

Tentang mereka yang berkebutuhan khusus dan keadilan Allah

Allah Maha Adil. Bentuk keadilan Allah tidak selalu dikaitan dengan kepemilikan terhadap sesuatu. Mungkin hanya takarannya saja yang berbeda dan waktu pemberiannya. Terkadang, apa yang Allah berikan merupakan ujian bagi kita para hamba-Nya, apakah kita bersyukur atau kita mencela. Tentu ini tak mudah, semoga kita senantiasa menjadi hamba yang bersyukur ["...Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu meningkari (nikmat-Ku) maka pasti adzab-Ku sangat berat." QS. Ibrahim : 7].
Belakangan, saya merasa bahwa Allah tidaklah adil. Ia pilih kasih karena ada hamba-Nya yang diciptakan dalam keadaan tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, tidak bisa berkomunikasi, keterbelakangan mental, dll. Saya berfikir, dengan keterbatasan tersebut, mereka menjadi sulit untuk beraktifitas, sulit untuk diterima orang lain, dst. Ya terkadang memang demikian tapi terkadang juga tidak demikian. Sebagai contoh, Pak Soni, beliau adalah tuna netra, domisili di Jakarta Timur. Namun, kegiatannya hampir sama seperti yang lain misalnya bekerja, berorganisasi, advokasi hak-hak/kebutuhan tuna netra, berinteraksi dengan banyak pihak. Wow! amazing! Disini dugaan saya bahwa Allah tidak adil, terpatahkan. Meski dia sedikit kesulitan, dia tetap bisa kok. Dia juga berhasil menjalin pertemanan dengan banyak pihak untuk mengadvokasi kebutuhan para tuna netra. Dia juga bisa mengadakan pertemuan rutin para tuna netra (anggota PERTUNI Jakarta Timur) setiap bulan. Dia dan teman-teman menjalankannya dengan senang hati. Meskipun memang ada pahitnya juga karena pemerintah belum optimal untuk mengakomodasi mereka. Namun, disini saya jadi berfikir bahwa inilah seharusnya tugas kita sebagai muslim untuk saling membantu ["...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa..." QS. Al-Maidah : 2]. Mungkin ini hikmah keadilan yang ingin Allah tunjukkan kepada kita bahwa kita harus saling membantu dan menyayangi sesama. Ini juga semacam keadilan dalam bentuk cobaan bagi orang yang normal dan orang yang berkebutuhan khusus. Bagi orang yang normal, apakah tergerak hatinya untuk membantu dalam hal sekecil apapun misal membantu menyeberang jalan. Bagi yang berkebutuhan khusus, apakah bersabar dengan keadaannya dan tentu terus berusaha tanpa menyalahkan keadaannya. Disini tercipta sebuah interaksi yang positif. Jika keduanya lulus ujian artinya menjalankan hak dan kewajiban masing-masing, maka saya yakin Allah memberikan pahala bagi keduanya, InsyaAllah. Mari kita berusaha untuk memenuhi hak dan kewajiban kita yang dibebankan oleh Allah swt.
Sebagai penutup bahwa Allah Maha Adil. Tinggal bagaimana kita menyikapinya.

Maret 17, 2012

Taubat

Manusia tak luput dari salah dan khilaf, terkadang atau mungkin sering melakukan maksiat/dosa baik kecil maupun besar, baik disengaja maupun tidak disengaja. itu mungkin karena manusia adalah makhluk yang lemah. Jika kita ingin berhitung jumlah dosa-dosa yang kita sadari telah kita lakukan, mungkin jumlahnya tak terhitung. Tetapi sebagian mungkin sudah lupa dengan kesalahan-kesalahannya. Apa balasan bagi orang-orang yg berbuat dosa? tentu neraka. Coba dibayangkan, 1 hari di neraka = 1000 tahun di dunia. Namun, kita patut bersyukur, Allah swt masih memberikan kesempatan kepada kita untuk memohon ampun pada-Nya karena sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat [QS Al Baqarah : 37]. Kata at-tawwaab adalah bentuk hiperbola (sighat mubaalaghah) dalam menerima taubat. Artinya: Allah swt menerima taubat hamba-Nya dan mengampuninya selama dia berkeinginan kembali kepada Allah swt, meskipun ia telah melakukan dosa berkali-kali.
HR. Muslim 29/2758 dari Abu Hurairah r.a., "Aku mendengar Rasulullah bersabda, "sesungguhnya seorang hamba yang telah melakukan dosa, "---lalu berkata, "ya Tuhanku, aku telah berdosa,"---dan mungkin ia berkata, "aku telah berdosa, maka ampunilah aku, "---maka Tuhannya berkata, "Apakah kamu tahu, wahai hamba-Ku, bahwa hamba itu mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa atau menyiksa lantaran dosa itu, dan Aku mengampuni hamba-Ku." Lalu ia tetap (berada dalam keadaan) sebagaimana yang dikehendaik Allah. Kemudian ia tertimpa dosa ---atau ia melakukan (perbuatan dosa)--- lalu berkata, "Wahai Tuhanku, aku telah berdosa---atau aku telah tertimpa dosa---lagi, maka ampunilah dosa tersebut, "Apakah kamu tahu, wahai hamba-Ku, bahwa hamba itu mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa atau menyiksa lantaran dosa itu, dan Aku mengampuni hamba-Ku. Lalu ia tetap (berada dalam keadaan) sebagimana yang dikehendaki Allah. Kemudian ia melakukan dosa dan mungkin ia berkata, "Aku tertimpa dosa, "atau berkata, "Tuhanku, aku berdosa," atau berkata, "Aku melakukan (perbuatan) dosa lagi, maka ampunilah aku," maka Tuhan berkata, "Apakah kamu tahu, wahai hamba-Ku, bahwa hamba itu mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa atau menyiksa lantaran dosa itu, dan Aku mengampuni hamba-Ku ---Aku mengampuni hamba-Ku tiga kali--- maka berbuatlah sekehendakmu." Hadits ini disetujui oleh Al Bukhari (7507).
Imam an-Nawawi berkata, "Perbuatan dosa jika diulang sebanyak seratus atau seribu kali, atau bahkan lebih, dan kemudian pelakunya bertaubat setiap kali berbuat dosa, maka taubatnya diterima; kalaupun ia bertaubat seluruhnya dengan satu kali taubat (pada akhirnya), maka taubatnya sah." Dalilnya adalah hadits riwayat Muslim (46/2766), Bukhari (3470) dan Ibnu Majah (2622): Dari Abu Sa'id al-khurdi ra., ia berkata bahwa nabi bersabda, "Dulu, ada seseorang yang telah membunuh 99 orang. kemudian ia bertanya, siapa orang yang paling alim (berilmu) di atas bumi ini. kepadanya ditunjukkan seorang rahib (pendeta). Lalu ia mendatanginya seraya berkata bahwa dia telah membunuh 99 orang dan bertanya, apakah dia berhak bertaubat, sang pendeta menjawab, "tidak." Lalu ia membunuh pendeta itu, sehingga (jumlah orang yang dibunuhnya) genap menjadi 100. Kemudian ia bertanya, siapa orang yang paling alim (berilmu) di atas bumi ini. kepadanya ditunjukkan seorang rahib (pendeta). Lalu ia mendatanginya seraya berkata bahwa dia telah membunuh 100 orang dan bertanya, apakah dia berhak bertaubat. orang alim tersebut berkata, "Apa yang menjadi penghalang antara dirimu dan taubat?"

Sumber : Kenikmatan Taubat karya Syeikh Mutawalli Sya'rawi