Desember 24, 2008

Amanah baru : IMS 2009

Selasa, 23 Desember 2008, saya dilantik menjadi ketua Ikatan Mahasiswa Sipil 2009. Pelantikan dilaksanakan di Kantin Teknik UI depok pukul 1 kurang. Dengan diketuknya palu, pertanda kepengurusan selanjutnya telah dimulai.

Terbayangkan sebuah amanah besar yang dibebankan di kedua pundak ini. Satu tahun kedepan (2009) harus bersungguh-sungguh untuk mengabdi di Departemen Teknik Sipil (DTS). Menjadi orang yang senantiasa bertanggungjawab terhadap permasalahan tentang kemahasiswaan di DTS. Menjadi orang yang senantiasa bijak dalam mengambil sebuah keputusan. Memfasilitasi kebutuhan warga DTS. Menjaring aspirasi dan partisipasi warga DTS. Membina mahasiswa baru dari yang apatis menjadi peduli. Melanjutkan perjuangan para pejuang IMS (Ikatan Mahasiswa Sipil) untuk mencapai tujuan luhur yang dicita-citakan. Dan masih banyak lagi.

Sungguh, saya menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah swt. Saya pasrahkan semuanya kepada-Nya. Yang bisa saya lakukan hanya berikhtiar(berusaha) dan berdoa supaya amanah ini bisa terlaksana dengan baik. Semoga Allah memberikan kemudahan kepada saya untuk bisa menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya. Dan semoga amanah ini tidak menambah berat timbangan dosa saya di akhirat kelak karena saya khawatir lalai dalam mengembannya. Untuk itu, saya mohon bantuan teman-teman supaya saya dapat menjalankan amanah dengan baik. Serta, mohon doanya supaya saya bisa kuat, bijak, sabar, ikhlas, berani serta mampu untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang akan saya hadapi nanti, amin!

Hikmah : satu menit yang terlewatkan

Salam,
Minggu, 21 Desember 2008, menjadi hari yang berkesan untuk dikenang dan dijadikan pelajaran. Betapa tidak, hanya dalam kurang dari satu menit uang ratusan ribu rupiah bisa menghilang tanpa bekas. Berawal dari keterbatasan waktu, hari itu saya harus pulang dan pilihannya memang hanya satu yaitu naik pesawat. H-1 saya membeli tiket pesawat Palembang-Jakarta berangkat pukul 6 hari minggu pagi. Segala sesuatunya sudah dipersiapkan, namun Allah swt berkehendak lain, saya terlambat check-in.

Saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk datang tepat waktu. Namun, ditengah perjalanan ada saja kendalanya, ban motor bocor, terlambat bangun,etc. Satu menit menjelang check-in ditutup saya tiba di bandara. Namun apa yang terjadi, beberapa langkah lagi sampai, tiba-tiba tempat check-in ditutup. Dalam hati saya, Astaghfirullah al adziim. Masya Allah, tinggal beberapa langkah saja, kok malah tutup. Dan cobaan belum selesai sampai di situ. Ternyata, tiketnya tidak bisa di cancel di lain waktu. Alasannya sangat sederhana, "tiket itu adalah tiket promo, jika ketinggalan maka tiket akan hangus". Sesak sekali dada saya waktu itu. Saya berfikir bahwa saya tidak bisa pulang hari itu karena saya memang tidak memiliki cukup uang untuk membeli tiket yang baru. Bingung sekali saat itu, ibarat ditimpa beban berton-ton. Terbesit kekecewaan dalam hati saya, "kenapa terlambat?"
Ditengah kebingungan, pertolongan Allah swt pun datang. Ada teman yang bersedia meminjamkan sementara uang beli tiket pulang. Akhirnya, pulanglah saya ke jakarka dengan pertolongan Allah.

Ingat saudaraku bahwa Allah itu kan selalu memberikan yang terbaik buat hamba-hambanya..

Desember 23, 2008

Relawan Tanggap Bencana (RTB) ETOS

Sabtu, 23 agustus 2008, kami, etoser jakarta berbincang dengan Pak Bambang seputar Relawan Tanggap Bencana (RTB) Etos. Beliau datang atas permintaan kami. Kami sengaja mengundang beliau untuk meminta penjelasan lebih detail mengenai RTB. Perbincangan yang berlangsung 90 menit tersebut, cukup memberikan gambaran kepada kami tentangRTB. Dan itu semakin membuat kami bersemangat untuk mengembangkan ide besar tersebut yakni Relawan Tanggap Bencana.

Menurut penuturan Pak Bambang, ide RTB ini muncul ketika beliau merasakan bahwa selama ini "lingkungan bermain" para etoser terkesan homogen, hanya terfokus pada kegiatan-kegiatan yang ada di kampus dan asrama. Lingkungan yang homogen bukan tempat yang selalu baik untuk mengembangkan potensi diri. kemampuan yang kita miliki tidak akan berkembang pesat jika kita hanya bermain di lingkungan yang homogen, Kampus-Asrama, karena kita hanya menjumpai hal-hal yang sama, orang yang sama, system yang sama, permasalahan yang sama. memang tidak semua etoser seperti itu. akan tetapi, sebagian besar bermain di lingkungan yang homogen, ikut organisasi di jurusan, BEM Fakultas, BEM Universitas, Unit Kegiatan Mahasiswa internal kampus, kepengurusan di asrama. hanya sebagian kecil Etoser yang bermain di lingkungan heterogen, ikut organisasi di luar kampus. hal itulah yang membuat khawatir. maka dari itu, koordinator etos pusat mencoba untuk mencari solusi dari permasalahan ini. mereka mencoba untuk mencarikan lingkungan bermain yang baru. namun, tema nya juga harus sesuai dengan brand mahasiswa. setelah lama berdiskusi akhirnya didapatkan sebuah tema baru, yang memang kondisinya saat ini sedang digembor-gemborkan.hal ini juga sesuai dengan peran mahasiswa yang tercantum dalam tri darma perguruan tinggi, pengabdian masyarakat. tema nya bertajuk LINGKUNGAN. dengan mengusung tema lingkungan didapatlah bentuk konkrit realisasinya yaitu RTB.

selain itu, beliau juga menjelaskan bahwa sebenarnya RTB itu sudah ada di Etos. bermula dari adanya bencana alam, dengan sigap para etoser terjun kelapangan sebagai seorang relawan untuk membantu para relawan lain dalam mengevakuasi korban. Di padang, ketika terjadi bencana tanah longsor, para etosernya turun kelapangan untuk merevitalisasi dampak psikologis pasca bencana. di jogja, para etosernya membantu mengevakuasi korban dan distribusi logistik saat terjadi gempa bumi yang meluluh lantahkan wilayah selatan jogjakarta. di makasar, distribusi logistik dilakukan para etoser ketika bencana banjir terjadi. dan di tempat-tempat lainnya. pada intinya, kegiatan kerelawanan di Etos itu sudah ada. namun yang menjadi permasalahan ialah belum adanya lembaga yang berfungsi untuk menampung seluruh aktivitas kerelawanan di Etos. untuk itu, maka muncullah ide untuk melembagakannya. dan hasilnya pada tanggal 27 juli 2008, RTB diresmikan sebagai salah satu wadah untuk menampung kegiatan kerelawanan di Etos.

Keuntungan yang kita miliki adalah kita memiliki jaringan nasional. hal itu memudahkan kita untuk melebarkan sayap, menjaring informasi sebanyak mungkin, menghimpun relawan sebanyak mungkin dari berbagai lapisan masyarakat, menghimpun kekuatan besar yang berpijak pada landasan-landasan keimanan dan lain sebagainya. terlebih lagi, jaringan nasional yang ada bisa lebih ter-maintenance karena kita berada dalam satu keluarga besar penerima beastudi etos. Lingkungan bermain kita akan lebih bervariasi. Permasalahan yang ada akan semakin kompleks, membuat kita semakin mengasah potensi diri yang kita miliki. orang-orang yang berbeda, sistem yang berbeda, permasalahan yang berbeda. itu semua memiliki keunikan-keunikan tersendiri. hal tersebut semakin mewarnai lingkungan bermain kita. Kita, mahasiswa, bermain tidak jauh-jauh dari 4 domain yaitu : akademis, agama, leadership, sosial. di kampus kita bermain dalam lingkungan akademis, keagamaan, leadership, sosial. dalam kaitannya dengan RTB, domain-domain tersebut akan semakin terasah dengan keikutsertaannya dalam RTB. terlebih lagi domain sosialnya.

Pak Bambang juga menjelaskan bahwa RTB tidak diberikan dalam bentuk baku. maksudnya kita boleh berkreativitas untuk mengembangkan RTB ini karena memang RTB ini masih dalam taraf penggodokan. hal ini mengasah pemikiran kritis dan kreativitas kita. beliau menyampaikan bahwa bulan desember nanti akan ada temu koordinator wilayah. salah satu agendanya ialah membahas RTB. untuk itu, kejelasan format RTB belum ada. beliau berpesan, "silahkan jalankan terlebih dahulu" kata Pak Bambang. pada intinya RTB disetiap daerah bisa mengekspresikan kegiatan-kegiatan RTB di daerahnya. namun, yang perlu diperhatikan bahwa sebelum kita memulai seluruh kegiatan RTB terlebih dulu kita harus mempersiapkan diri. minimal kitamemiliki kepengurusan RTB daerah, mulai dari ketua hingga staff. perlu diketahui bahwa RTB ini milik seluruh etoser, jadi setiap etoser baik 2008, 2007, 2006,dst berhak untuk ikut tetapi tidak wajib. kewajiban etoser salah satunya adalah IPK harus diatas 2,75. tidak ada paksaan untuk ikut RTB, alih-alih bersemangat malah setengah hati. yang ingin ikut, silahkan ikut, yang ngga mau ikut juga tidak akan dipermasalahkan, namanya juga RELAWAN. Intinya etos tidak mewajibkan untuk ikut dalam RTB. setelah terbentuk kepengurusan mulailah untuk mendiskusikan akan seperti apa RTB kedepannya, tujuan-tujuannya, harapan-harapannya, program-program apa saja yang akandilaksanakan, dan lain sebagainya. point penting yang perlu diingat, program yang direncanakan tidak perlu terlalu besar, sesuai dengan kemampuan kita saja, daripada nantinya malah membebani kita. pengingatan terhadap bahaya merokok dengan membuat flyer berukuran A4 dibagi 8 saja bisa dijadikan program RTB. pada dasarnya memang mudah hanya bagaimana kita menjalankannya. Pelaksanaan kegiatan RTB tidak dibatasi oleh waktu. kita bisa melakukannya sebulan sekali, enam bulan sekali, atau lima kali dalam sebulan. tergantung kemampuan kita.

Ya, mungkin itu yang bisa saya sampaikan, untuk format semi-baku mengenai RTB, kita tunggu saja keputusannya dalam temu koordinator wilayah bulan desember nanti.

Oktober 08, 2008

Apalah artinya 'Idul Fitri

Hari raya ‘idul fitri 1429 H baru saja berlalu. Di hari nan bahagia itu, kita seperti baru dilahirkan kembali ke dunia, seluruh dosa-dosa kita terampuni. kita ibarat kertas putih yang tak ternoda sedikit pun. Sebelum ‘idul fitri, kita telah dihadapkan dengan bulan ramadhan, bulan saatnya umat muslim di seluruh dunia melakukan ibadah puasa. Di bulan itu, kita diwajibkan untuk berpuasa menahan hawa nafsu, meninggalkan hal-hal yang keji, memperbanyak ibadah. itulah bulan penggemblengan. Namun, apa yang telah kita lalui selama sebulan penuh akan sia-sia jika keadaan kita tidak berubah menjadi lebih baik. setelah ramadhan, kita sama seperti sebelum ramadhan, senantiasa melakukan maksiat, berkata-kata kotor/tidak sopan, mencontek disaat ujian, berbohong, mengadu domba, membicarakan orang lain dan masih banyak lagi perbuatan-perbuatan yang justru menambah dosa kita. saat ramadhan, kita rajin melaksakan ibadah, shalat rawatib, tilawatil al-Qur’an, shadaqoh, berbuat baik terhadap orang lain, suka membantu. Akan tetapi, setelah ramadhan perbuatan-perbuatan kita berubah 180ยบ. itukah yang disebut seorang muslim yang kaffah? mungkin kah kita masuk surga-Nya jika kita tetap seperti itu?jawabannya bukan lain adalah tidak. Jadi, apalah artinya bulan ramadhan jika kita tidak meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dapat menambah dosa kita. seharusnya kita lebih sadar bahwa kita harus senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah swt, senantiasa mengingat-Nya, beribadah hanya untuk-Nya, melakukan segala aktivitas kita karena niat ikhlas untuk menggapai ridha_Nya.

Agustus 24, 2008

"Kerjasama"

”Ssstt…liat dong”, ucap seorang mahasiswa dengan lirih saat ujian sedang berlangsung. ”Gue belom!!!”. ”Eh, liyat jawaban lw dong?”, ucapnya lagi. ”belon selese!”, jawabnya. Untuk kali ketiganya ia memberi kode dengan tangan kepada temannya, ”nomor 2…”, lirihnya. Dan seterusnya, hal yang sama pula, di setiap sudut ruangan kelas ujian, siapapun yang imannya tidak kuat, siapapun yang kurang PD, sampai waktu ujian habis. Apa yang mereka lakukan?
Ya, ”Kerjasama”. Itulah fenomena riil yang terjadi di salah satu Fakultas, Universitas paling bergengsi di Indonesia. Hal serupa banyak terjadi di hampir setiap saat ujian dilangsungkan. Dengan catatan, sang Dosen/Pengawas tidak ”Killer”. Meskipun ”killer”, terkadang juga terjadi ”kerjasama” tersebut. Apalagi jika si Dosen/Pengawas ”cuek” saja, mungkin lebih parah lagi ”kerjasama”nya. Bahkan pernah kejadian dan tentu saja nyata, seorang pengawas ujian mempersilahkan peserta ujian untuk melakukan ”kerjasama” dengan syarat tidak boleh menimbulkan kegaduhan. Sungguh ironis bukan??? Jika hal itu terjadi, tentu mereka yang tidak kuat iman segera melancarkan ”aksi” nya tanpa peduli siapapun yang penting finished, sedang mereka yang masih punya kekuatan iman tetap berusaha untuk tidak terjerumus ke jurang setan. Akan tetapi, Apakah sistem pendidikan seperti ini yang dinamakan sistem pendidikan yang berkeadilan??? Tentu saja bukan. Kasihan mereka yang telah berusaha maksimal untuk mempersiapkan ujian. Lantas, bagaimana sistem pendidikan yang seharusnya??? Jika hal ini dibiarkan terus-menerus akan terjadi berbagai dampak negatif yang merugikan tentunya, misalnya : membuat mahasiswa malas untuk belajar. Dampak negatif lainnya antara lain :
1. Semakin kita tidak mempercayai kemampuan diri sendiri.
Ya, karena kita sudah terbiasa untuk bergantung kepada orang lain. Tanpa kita sadari, sifat itu ter-install dalam diri kita dan sulit bagi kita untuk mematikan sifat tersebut jika kita tidak memiliki kemauan yang kuat untuk itu.
2. Semakin menumpuknya dosa-dosa kita.
Sesuai dengan pepatah sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, dosa-dosa yang kita lakukan dari menyontek jika dilakukan terus-menerus akan menjadi bukit dosa. Sungguh hal yang amat menyedihkan.
3. Semakin rendahnya harga diri kita.
Ya, kami yakin kalian telah paham dengan kalimat diatas.
4. Degradasi moral.
Semakin sering kita menyontek berarti kita semakin sering belajar untuk menghalalkan segala cara dalam menyelesaikan sesuatu. Hal tersebut merupakan hal sangat tidak terpuji.
5. Mencoreng nama baik.
Sepandai-pandainya tupai meloncat pasti akan jatuh juga. Peribahasa yang tepat untuk menggambarkan hal dimana kita menyembunyikan perkara jelek/buruk, dalam konteks ini adalah menyontek. Tinggal menunggu waktu saja, kita segera akan mendapat balasan yang setimpal. Ya, nama baik kita akan tercoreng, kemudian keluarga, kemudian instansi, kemudian negara, dan seterusnya.
Dan masih banyak dampak yang lainnya kami yakin kalian sudah paham karena kalian sudah dewasa, bukan anak kecil lagi yang harus dimomong.
Jika dilihat dari perspektif pendidikan itu sendiri, tentu kita dilarang untuk meminta atau memberikan jawaban saat ujian sedang berlangsung. Hal itu jelas melanggar tata tertib ujian karena kami yakin setiap ujian pasti memiliki peraturan yang melarang pesertanya untuk meminta atau memberikan jawabannya saat ujian sedang berlangsung. Jika dilihat dari perspektif Agama, tentu juga tidak diperbolehkan untuk menyontek karena menyontek itu tidak jujur(bohong). Bohong itu adalah perbuatan tercela. Setiap agama pasti tidak memperbolehkan umatnya untuk melakukan perbuatan tercela. Dan dilihat dari perspektif manapun, menyontek itu tidak dibenarkan.
Segala sesuatu di muka bumi ini tentu ada asal muasalnya, ada penyebabnya, ada pemicunya. Begitu pula dengan menyontek, pasti ada banyak alasan/penyebab mengapa sebagian dari mereka menyontek, misalnya : karena belum persiapan, ngga tau kalo ada ujian/ngga tau materi apa yang akan diujiankan, ikut-ikutan temen yang juga nyontek, dan berbagai alasan lainnya, dari alasan yang logis sampai yang tidak logis.
Sebenarnya alasan apapun tidak dapat dijadikan dasar untuk menyontek. Apalagi kalo alasannya itu karena belum siap. Sungguh aneh bin strange. Bukankah biasanya kita diberitahu dulu sebelum ujian dilangsungkan. Meskipun tidak diberitahukan sebelumnya, siap tidak siap kita harus selalu siap. Apakah kita selalu dihadapkan pada hal yang selalu disiapkan terlebih dahulu??? Tentu tidakkan! Contohnya, ketika kita mendapatkan musibah kecelakaan lalulintas secara tiba-tiba, apakah kita mempersiapkan diri untuk kecelakaan tersebut? Ya, intinya kita harus siap dengan segala keadaan, apapun, dimanapun dan kapanpun.
Sungguh sulit sekali untuk menghilangkan culture yang satu ini. Diperlukan usaha ekstra keras untuk menghilangkan culture ini. Setiap stakeholder harus saling bekerjasama untuk mengentaskan hal ini. Entah itu dari dosennya, pengawasnya, maupun pesertanya. Pada dasarnya, kita harus menguatkan iman yang kita miliki supaya kita tidak terjerumus ke dalam limbah kenistaan serta kita perlu banyak-banyak berdoa dibarengi dengan berusaha maksimal dengan harapkan supaya kita diberikan kemudahan/jalan di setiap cobaan yang kita hadapi.

Jadikan sabar dan sholat sebagai penolong

Allah berfirman, “Hai orang-orang yan beriman!Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al-Baqarah [2] : 153)
yang dimaksudkan disini, insyaAllah, adalah jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolong untuk mendapatkan ridha Allah dan perlu diketahui bahwa keduanya (sabar dan shalat) adalah wujud ketaatan kepada Allah.
ketika kita dihadapkan pada persoalan yang amat rumit dan kita sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikannya tetapi kita tetap tidak bisa menyelesaikannya, itu bukan berarti bahwa tidak ada cara untuk menyelesaikannya. yakinlah bahwa Allah akan membantu kita dalam setiap masalah yang kita hadapi. dan perlu diingat bahwa Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya(Q.S. Al-Baqarah : 286). semua yang Allah bebankan kepada kita pasti sesuai dengan kapasitas yang kita miliki. maka dari itu, kita tidak perlu khawatir jika kita menghadapi suatu masalah, insyaAllah itu semua sudah sesuai dengan kapasitas yang kita miliki.

Agustus 23, 2008

Lubang Resapan Biopori (LRB): Lubang Kecil Pencegah Banjir

Banjir merupakan bencana alam berupa luapan air yang menggenangi suatu wilayah dalam jumlah yang cukup besar. Ini biasanya terjadi karena sistem drainase makro (drainase alam) sudah tidak mampu untuk menyerap air dalam jumlah besar. Sistem drainase mikro (drainase buatan) juga tidak mampu untuk menampung dan mengalirkan air permukaan. Beberapa faktor-faktor penyebab terjadinya banjir antara lain pendangkalan sungai, rusaknya saluran-saluran drainase, tidak adanya daerah resapan air, tidak adanya Ruang Terbuka Hijau (RTH). Sebenarnya, faktor penyebab banjir yang paling utama adalah kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, di samping faktor-faktor alam penyebab banjir misalnya, curah hujan, jenis tanah. Kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan menyebabkan tersumbatnya saluran drainase sehingga ketika hujan turun saluran drainase tidak mampu menampung dan mengalirkan air hujan. Pengembangan infrastruktur wilayah hasil buah pikiran manusia juga menjadi salah satu penyebab banjir. Pembangunan yang dilakukan tidak menggunakan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) yang baik dan benar tetapi hanya sebagai formalitas, cermin penduduk Indonesia.
Bencana alam seperti banjir bukan berarti tidak punya solusi. Setiap permasalahan yang ada pasti ada solusinya. Banyak alternatif yang bisa digunakan untuk menanggulangi / mencegah banjir. Salah satu alternatif pencegahan banjir adalah Lubang Resapan Biopori (LRB), di samping alternatif-alternatif lainnya.
Lubang Resapan Biopori (LRB) adalah teknologi tepat guna yang digunakan untuk mengatasi banjir dengan cara meningkatkan daya resap air ke tanah. Teknologi ini sangat sederhana dan ramah lingkungan. LRB terbuat dari tanah yang dilubangi menggunakan bor Lakonserva, berdiameter 10 – 30 cm dan panjangnya kurang lebih 80 – 100 cm. Lubang tersebut di beri sampah organik yang nantinya akan berubah menjadi kompos dengan memanfaatkan aktifitas fauna tanah dan akar tanaman. LRB ini juga bisa mengurangi emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida dan metan.
LRB akan menambah luas bidang resapan air, setidaknya ukurannya sebesar luas dinding lubang. Lubang Resapan yang berdiameter 10 cm dan panjangnya 80 cm memiliki luas bidang resapan 2590,5 cm2. Dengan kata lain, suatu permukaan tanah berbentuk lingkaran yang berdiameter 10 cm memiliki luas bidang resapan 78,5 cm2. Namun, setelah dibuat Lubang Resapan dengan kedalaman 80 cm, luas bidang resapannya berubah menjadi 2590,5 cm2 atau hampir ¼ m2. Adanya aktivitas fauna tanah dan akar tanaman menjadikan terbentuknya biopori yang selalu terpelihara. Oleh sebab itu, bidang resapan ini ada senantiasa terjaga kemampuannya dalam meresapkan air. Dengan demikian, kombinasi antara luas bidang resapan dan biopori secara bersama-sama akan meningkatkan kemampuan tanah dalam meresapkan air.
Langkah-langkah untuk membuat LRB tergolong mudah. Kita cukup dengan mengebor tanah searah jarum jam menggunakan alat bor. Dalam pengeboran perlu ditambahkan air supaya tanah menjadi lebih gembur dan mengebornya lebih mudah. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi siapapun untuk tidak membuat LRB karena pembuatannya mudah. Selain itu, LRB juga bisa diterapkan dimana saja. Lahan yang sudah ditutup dengan perkerasan jalan pun bisa dibuat LRB, apalagi lahan yang masih terbuka.
LRB merupakan teknologi yang ramah lingkungan. Ini dibuat dari tanah dengan cara dibor. Tidak ada satu pun bahan kimia / bahan berbahaya yang digunakan untuk membuat Lubang ini. Lagipula, lubang ini berfungsi untuk merubah sampah organik menjadi kompos sehingga dapat mengurangi jumlah sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Alat untuk membuat LRB, bor Lakonserva, juga tidak terlalu mahal hanya Rp 175.000,- dan bisa digunakan berkali-kali. Jika dihitung-hitung, fungsi LRB jauh melebihi harga yang harus dikeluarkan untuk membeli alat bornya.
Lubang Resapan Biopori merupakan salah satu alternatif pencegahan banjir. LRB berfungsi meningkatkan kemampuan tanah dalam meresapkan air. Semakin banyak LRB yang dibuat maka semakin banyak pula air yang bisa diserap ke dalam tanah. Semakin banyak air yang diserap oleh tanah akan semakin mengurangi aliran air permukaan sehingga akan mencegah terjadinya banjir. Air yang diserap bisa menambah cadangan air tanah sehingga nantinya bisa mencegah terjadinya krisis ketersediaan air di musim kemarau. Pembuatan LRB dalam jumlah besar berarti mengurangi sampah organik dalam jumlah besar pula. Hal itu akan mengurangi penumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Selain itu, juga akan mengurangi beban sungai dalam menampung sampah. Berkurangnya jumlah sampah di sungai juga akan mencegah terjadinya banjir karena tempat yang awalnya terisi oleh sampah akan digantikan oleh air permukaan.