Banjir
merupakan bencana alam berupa luapan air yang menggenangi suatu wilayah
dalam jumlah yang cukup besar. Ini biasanya terjadi karena sistem
drainase makro (drainase alam) sudah tidak mampu untuk menyerap air
dalam jumlah besar. Sistem drainase mikro (drainase buatan) juga tidak
mampu untuk menampung dan mengalirkan air permukaan. Beberapa
faktor-faktor penyebab terjadinya banjir antara lain pendangkalan
sungai, rusaknya saluran-saluran drainase, tidak adanya daerah resapan
air, tidak adanya Ruang Terbuka Hijau (RTH). Sebenarnya, faktor penyebab
banjir yang paling utama adalah kurangnya kesadaran masyarakat terhadap
lingkungan, di samping faktor-faktor alam penyebab banjir misalnya,
curah hujan, jenis tanah. Kebiasaan masyarakat membuang sampah
sembarangan menyebabkan tersumbatnya saluran drainase sehingga ketika
hujan turun saluran drainase tidak mampu menampung dan mengalirkan air
hujan. Pengembangan infrastruktur wilayah hasil buah pikiran manusia
juga menjadi salah satu penyebab banjir. Pembangunan yang dilakukan
tidak menggunakan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) yang baik
dan benar tetapi hanya sebagai formalitas, cermin penduduk Indonesia.
Bencana
alam seperti banjir bukan berarti tidak punya solusi. Setiap
permasalahan yang ada pasti ada solusinya. Banyak alternatif yang bisa
digunakan untuk menanggulangi / mencegah banjir. Salah satu alternatif
pencegahan banjir adalah Lubang Resapan Biopori (LRB), di samping
alternatif-alternatif lainnya.
Lubang
Resapan Biopori (LRB) adalah teknologi tepat guna yang digunakan untuk
mengatasi banjir dengan cara meningkatkan daya resap air ke tanah.
Teknologi ini sangat sederhana dan ramah lingkungan. LRB terbuat dari
tanah yang dilubangi menggunakan bor Lakonserva, berdiameter 10 – 30 cm
dan panjangnya kurang lebih 80 – 100 cm. Lubang tersebut di beri sampah
organik yang nantinya akan berubah menjadi kompos dengan memanfaatkan
aktifitas fauna tanah dan akar tanaman. LRB ini juga bisa mengurangi
emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida dan metan.
LRB
akan menambah luas bidang resapan air, setidaknya ukurannya sebesar
luas dinding lubang. Lubang Resapan yang berdiameter 10 cm dan
panjangnya 80 cm memiliki luas bidang resapan 2590,5 cm2. Dengan kata lain, suatu permukaan tanah berbentuk lingkaran yang berdiameter 10 cm memiliki luas bidang resapan 78,5 cm2. Namun, setelah dibuat Lubang Resapan dengan kedalaman 80 cm, luas bidang resapannya berubah menjadi 2590,5 cm2 atau hampir ¼ m2.
Adanya aktivitas fauna tanah dan akar tanaman menjadikan terbentuknya
biopori yang selalu terpelihara. Oleh sebab itu, bidang resapan ini ada
senantiasa terjaga kemampuannya dalam meresapkan air. Dengan demikian,
kombinasi antara luas bidang resapan dan biopori secara bersama-sama
akan meningkatkan kemampuan tanah dalam meresapkan air.
Langkah-langkah
untuk membuat LRB tergolong mudah. Kita cukup dengan mengebor tanah
searah jarum jam menggunakan alat bor. Dalam pengeboran perlu
ditambahkan air supaya tanah menjadi lebih gembur dan mengebornya lebih
mudah. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi siapapun untuk tidak
membuat LRB karena pembuatannya mudah. Selain itu, LRB juga bisa
diterapkan dimana saja. Lahan yang sudah ditutup dengan perkerasan jalan
pun bisa dibuat LRB, apalagi lahan yang masih terbuka.
LRB
merupakan teknologi yang ramah lingkungan. Ini dibuat dari tanah dengan
cara dibor. Tidak ada satu pun bahan kimia / bahan berbahaya yang
digunakan untuk membuat Lubang ini. Lagipula, lubang ini berfungsi untuk
merubah sampah organik menjadi kompos sehingga dapat mengurangi jumlah
sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Alat untuk membuat LRB, bor Lakonserva,
juga tidak terlalu mahal hanya Rp 175.000,- dan bisa digunakan
berkali-kali. Jika dihitung-hitung, fungsi LRB jauh melebihi harga yang
harus dikeluarkan untuk membeli alat bornya.
Lubang
Resapan Biopori merupakan salah satu alternatif pencegahan banjir. LRB
berfungsi meningkatkan kemampuan tanah dalam meresapkan air. Semakin
banyak LRB yang dibuat maka semakin banyak pula air yang bisa diserap ke
dalam tanah. Semakin banyak air yang diserap oleh tanah akan semakin
mengurangi aliran air permukaan sehingga akan mencegah terjadinya
banjir. Air yang diserap bisa menambah cadangan air tanah sehingga
nantinya bisa mencegah terjadinya krisis ketersediaan air di musim
kemarau. Pembuatan LRB dalam jumlah besar berarti mengurangi sampah
organik dalam jumlah besar pula. Hal itu akan mengurangi penumpukan
sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Selain itu, juga akan
mengurangi beban sungai dalam menampung sampah. Berkurangnya jumlah
sampah di sungai juga akan mencegah terjadinya banjir karena tempat yang
awalnya terisi oleh sampah akan digantikan oleh air permukaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar