Bulan januari 2009 lalu, IMS mendapat surat undangan untuk hadir pada seminar nasional yang diadakan Himpunan Mahasiswa Sipil ITB bertajuk "Pengembangan Infrastruktur Berbasis Kemandirian Masyarakat". Bersamaan dengan seminar itu, digelar pula pameran "Teknologi Infrastruktur Kerakyatan" serta forum silaturahmi antar mahasiswa se-Jawa Barat, Jakarta dan Banten. Pada acara ini, ada perlombaan mengenai inovasi infrastruktur kerakyatan. Namun, dari pihak Ikatan Mahasiswa Sipil Universitas Indonesia belum bisa mengirimkan perwakilannya karena keterbatasan waktu dan kondisi saat itu adalah liburan, jadi agak susah untuk mencari SDM-nya. Yah, mungkin dilain kesempatan kita akan mempersiapkannya lebih awal dengan catatan pihak panitia memberi tahu jauh-jauh hari.
Dari Ikatan Mahasiswa Sipil UI, yang hadir pada seminar nasional berjumlah 13 orang antara lain : ma'ruffi, dimas, laras, rino, resky, rizqi, uday, uud, agnes, ica, syifa, gregori, try. Kami berangkat naik mobilnya dimas dan uud. Hari senin, 16 februari, kami semua sepakat bahwa besoknya akan kumpul maksimal 5 pagi di Stasiun UI untuk langsung berangkat supaya nyampe sana lebih awal. Namun, apa yang terjadi? Akhirnya, kami berangkat jam 6 lebih karena disebabkan beberapa faktor. Sampai di ITB-nya jam 9an. Ironisnya teman-teman, seminar yang dijadwalkan jam 8 pagi, ternyata baru mulai jam 9 an. Jadi, bisa dibilang kami datang tepat waktu, haha..kami masuk ke aula barat ITB dengan tergesa-gesa. Disana kami disambut oleh para mahasiswa sipil ITB. Langsung kami melakukan registrasi ulang. Nah, disini ada miskomunikasi. Reski selaku PJ untuk kunjungan ini, menyuruh yang lain untuk mendaftar ulang. Tetapi itu tidak diikuti oleh rizqi dan laras. Sehingga diakhir acara mereka terpaksa tidak mendapatkan sertifikat. Sungguh, disini bisa diambil pelajaran bahwa kita harus mendengarkan perintah pemimpin kita dan jangan sampai ada miss komunikasi dalam suatu hal.
Suatu hal yang membosankan kawan jika pembicara suatu seminar text book. Yah, begitulah kawan diawal-awal seminar keynote speakernya sangat text book, kelihatan kurang memahami materi yang sedang disampaikan. So, jadi membosankan. Akan tetapi, diakhir-akhir, materi yang disampaikan cukup menarik. Apalagi ketika materi “Ferosemen”. Ferosemen itu teknologi aplikasi beton bertulang tipis yang terbuat dari semen, pasir, dan air, ditulangi besi beton dan kawat jala serta memiliki kekuatan yang unik. Ferosemen ini mudah dibentuk, pengerjaanya pun membutuhkan waktu yang lebih singkat dibanding beton bertulang pada umumnya. Pembicaranya cukup interaktif dan memahami materi yang disampaikan serta tidak text book pula. Dalam seminar, Dept PU memaparkan bahwa pengembangan infrastruktur di indonesia masih belum merata. Kebanyakan terpusat di kota-kota besar, tidak menjangkau daerah terpencil, sangat ironis bukan, padahal daerah yang menghasilkan pemasukan bagi negara justru daerah yang infrastrukturnya kurang seperti kalimantan, irian jaya. Akan tetapi, mereka berusaha sekuat tenaga untuk memeratakan pembangunan. Mmm..kita lihat saja hasilnya, apakah sesuai atau hanya isapan jempol belaka? Di seminar ini, saya mendapatkan sebuah kesimpulan bahwa dalam mengembangkan infrastruktur kerakyatan harus melibatkan masyarakat. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pemeliharaan. Itu sangat diperlukan mengingat pentingnya peran serta masyarakat selaku pihak yang menggunakan infrastruktur. Masyarakat terlibat langsung dengan infrastruktur tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya pelibatan langsung dengan masyarakat dalam pengembangan infrastruktur. Hal itu akan menimbulkan sense of participate, sense of belonging dan sense of responsibility. Keikutsertaan masyarakat akan menimbulkan rasa memiliki dan rasa memiliki akan meimbulkan semangat yang tinggi untuk bertanggungjawab terhadap apa yang telah direncanakan, dilaksanakan dalam hal ini adalah infrastruktur.
Agenda berikutnya ialah FORSIL (forum silaturahmi). Sebenarnya, FORSIL itu dilaksanakan hari berikutnya yakni rabu tetapi karena berbagai hal akhirnya dipindahkan di hari selasa setelah seminar nasional. Dalam forsil, tujuan yang ingin dicapai kurang begitu spesifik. Karena hanya sebatas sharing season aja. Dari pihak tuan rumah sebenarnya menginginkan adanya follow up dari seminar yang baru saja dijalankan tetapi hal itu sulit dilaksanakan karena mempertimbangkan banyak hal, seperti waktu tiap universitas yang tidak pernah klop. Ada saja halangannya. Sharing season yang dilaksanakan kurang terarah karena topik yang dibicarakan berubah-ubah tergantung siapa yang berbicara. Tapi setidaknya ada proses silaturahmi yang kami bangun antara mahasiswa teknik sipil yang berbeda universitas. Selain itu, ada transfer wawasan satu sama lain. Dan ini juga merupakan salah satu sarana untuk menghidupkan kembali FKMTSI (forum komunikasi mahasiswa teknik sipil indonesia) yang sempat vakum. Yah, semoga ini membawa manfaat bagi kami semua. Rencananya awal bulan maret akan ada Temu Wicara (TW) Nasional FKMTSI di padang. Tetapi sampai tulisan ini dibuat belum ada pemberitahuan akan hal itu. Harapannya sih, surat pemberitahuannya tidak datang secara mendadak supaya tiap universitas bisa mengirimkan perwakilannya.
Setelah seminar, kami mampir dulu ke kartika sari buat beli oleh-oleh, ya meskipun ga banyak sih tapi mudah-mudahan cukup sih.
Kemudian, kami pergi ke bukit bintang untuk menikmati keindahan kota bandung jika dilihat dari puncak di malam hari pula. Sungguh indah, ga nyesel deh pokoknya kalo berkunjung ke bukit bintang. Senda gurau sesekali dilontarkan oleh salah seorang yang ikut serta dalam perjalanan kali ini. Lain kali kemungkinan ada jalan-jalan lagi. Tempatnya kemana?nanti kita lihat. Hehehe...akhirnya, kami pulang juga, jam menunjukan pukul 11.00. ga nyadar aja, tiba-tiba udah jam segitu. Langsung kami bergegas pulang ke jakarta. Nah, kalo udah kaya gini, yang kasihan itu yang nyopir, si uud sama boli...malem2 harusnya enak-enak tidur, eh malah nyetir mobil bawa nyawa orang..wah, ngeri banget kan kalo ngantuk dikit. Tapi alhamdulillah, sopirnya hebat-hebat..semua pulang ke rumah dengan selamat, sehat wal afiat...mungkin itu dulu ceritanya, lain kesempatan lain cerita..tunggu saja cerita jalan-jalan berikutnya...OK!
Dari Ikatan Mahasiswa Sipil UI, yang hadir pada seminar nasional berjumlah 13 orang antara lain : ma'ruffi, dimas, laras, rino, resky, rizqi, uday, uud, agnes, ica, syifa, gregori, try. Kami berangkat naik mobilnya dimas dan uud. Hari senin, 16 februari, kami semua sepakat bahwa besoknya akan kumpul maksimal 5 pagi di Stasiun UI untuk langsung berangkat supaya nyampe sana lebih awal. Namun, apa yang terjadi? Akhirnya, kami berangkat jam 6 lebih karena disebabkan beberapa faktor. Sampai di ITB-nya jam 9an. Ironisnya teman-teman, seminar yang dijadwalkan jam 8 pagi, ternyata baru mulai jam 9 an. Jadi, bisa dibilang kami datang tepat waktu, haha..kami masuk ke aula barat ITB dengan tergesa-gesa. Disana kami disambut oleh para mahasiswa sipil ITB. Langsung kami melakukan registrasi ulang. Nah, disini ada miskomunikasi. Reski selaku PJ untuk kunjungan ini, menyuruh yang lain untuk mendaftar ulang. Tetapi itu tidak diikuti oleh rizqi dan laras. Sehingga diakhir acara mereka terpaksa tidak mendapatkan sertifikat. Sungguh, disini bisa diambil pelajaran bahwa kita harus mendengarkan perintah pemimpin kita dan jangan sampai ada miss komunikasi dalam suatu hal.
Suatu hal yang membosankan kawan jika pembicara suatu seminar text book. Yah, begitulah kawan diawal-awal seminar keynote speakernya sangat text book, kelihatan kurang memahami materi yang sedang disampaikan. So, jadi membosankan. Akan tetapi, diakhir-akhir, materi yang disampaikan cukup menarik. Apalagi ketika materi “Ferosemen”. Ferosemen itu teknologi aplikasi beton bertulang tipis yang terbuat dari semen, pasir, dan air, ditulangi besi beton dan kawat jala serta memiliki kekuatan yang unik. Ferosemen ini mudah dibentuk, pengerjaanya pun membutuhkan waktu yang lebih singkat dibanding beton bertulang pada umumnya. Pembicaranya cukup interaktif dan memahami materi yang disampaikan serta tidak text book pula. Dalam seminar, Dept PU memaparkan bahwa pengembangan infrastruktur di indonesia masih belum merata. Kebanyakan terpusat di kota-kota besar, tidak menjangkau daerah terpencil, sangat ironis bukan, padahal daerah yang menghasilkan pemasukan bagi negara justru daerah yang infrastrukturnya kurang seperti kalimantan, irian jaya. Akan tetapi, mereka berusaha sekuat tenaga untuk memeratakan pembangunan. Mmm..kita lihat saja hasilnya, apakah sesuai atau hanya isapan jempol belaka? Di seminar ini, saya mendapatkan sebuah kesimpulan bahwa dalam mengembangkan infrastruktur kerakyatan harus melibatkan masyarakat. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pemeliharaan. Itu sangat diperlukan mengingat pentingnya peran serta masyarakat selaku pihak yang menggunakan infrastruktur. Masyarakat terlibat langsung dengan infrastruktur tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya pelibatan langsung dengan masyarakat dalam pengembangan infrastruktur. Hal itu akan menimbulkan sense of participate, sense of belonging dan sense of responsibility. Keikutsertaan masyarakat akan menimbulkan rasa memiliki dan rasa memiliki akan meimbulkan semangat yang tinggi untuk bertanggungjawab terhadap apa yang telah direncanakan, dilaksanakan dalam hal ini adalah infrastruktur.
Agenda berikutnya ialah FORSIL (forum silaturahmi). Sebenarnya, FORSIL itu dilaksanakan hari berikutnya yakni rabu tetapi karena berbagai hal akhirnya dipindahkan di hari selasa setelah seminar nasional. Dalam forsil, tujuan yang ingin dicapai kurang begitu spesifik. Karena hanya sebatas sharing season aja. Dari pihak tuan rumah sebenarnya menginginkan adanya follow up dari seminar yang baru saja dijalankan tetapi hal itu sulit dilaksanakan karena mempertimbangkan banyak hal, seperti waktu tiap universitas yang tidak pernah klop. Ada saja halangannya. Sharing season yang dilaksanakan kurang terarah karena topik yang dibicarakan berubah-ubah tergantung siapa yang berbicara. Tapi setidaknya ada proses silaturahmi yang kami bangun antara mahasiswa teknik sipil yang berbeda universitas. Selain itu, ada transfer wawasan satu sama lain. Dan ini juga merupakan salah satu sarana untuk menghidupkan kembali FKMTSI (forum komunikasi mahasiswa teknik sipil indonesia) yang sempat vakum. Yah, semoga ini membawa manfaat bagi kami semua. Rencananya awal bulan maret akan ada Temu Wicara (TW) Nasional FKMTSI di padang. Tetapi sampai tulisan ini dibuat belum ada pemberitahuan akan hal itu. Harapannya sih, surat pemberitahuannya tidak datang secara mendadak supaya tiap universitas bisa mengirimkan perwakilannya.
Setelah seminar, kami mampir dulu ke kartika sari buat beli oleh-oleh, ya meskipun ga banyak sih tapi mudah-mudahan cukup sih.
Kemudian, kami pergi ke bukit bintang untuk menikmati keindahan kota bandung jika dilihat dari puncak di malam hari pula. Sungguh indah, ga nyesel deh pokoknya kalo berkunjung ke bukit bintang. Senda gurau sesekali dilontarkan oleh salah seorang yang ikut serta dalam perjalanan kali ini. Lain kali kemungkinan ada jalan-jalan lagi. Tempatnya kemana?nanti kita lihat. Hehehe...akhirnya, kami pulang juga, jam menunjukan pukul 11.00. ga nyadar aja, tiba-tiba udah jam segitu. Langsung kami bergegas pulang ke jakarta. Nah, kalo udah kaya gini, yang kasihan itu yang nyopir, si uud sama boli...malem2 harusnya enak-enak tidur, eh malah nyetir mobil bawa nyawa orang..wah, ngeri banget kan kalo ngantuk dikit. Tapi alhamdulillah, sopirnya hebat-hebat..semua pulang ke rumah dengan selamat, sehat wal afiat...mungkin itu dulu ceritanya, lain kesempatan lain cerita..tunggu saja cerita jalan-jalan berikutnya...OK!