Bendungan Ir. H. Djuanda
Bendungan Ir. H. Djuanda atau lebih dikenal dengan sebutan waduk jatiluhur merupakan waduk yang dibuat berdasarkan potensi debit aliran sungai citarum yang mencapai rata-rata 5.5 m3 milyar per tahun dengan debit rata-rata tahunan 175 m3 per detik. Pembangunan bendungan ini dimulai pada tahun 1957 dan mulai dioperasikan pada tahun 1967. Sejak bendungan selesai, diperlukan waktu 3 tahun agar debit air di dalam waduk stabil dan bisa dimanfaatkan. Awalnya, ide bendungan berasala dari Prof. Dr. W.J. Van Blommestein (1948) yang dikaji ulang oleh Ir. Schravendijk dan Ir. Abdullah Angudi pada tahun 1950.
Saat ini, bendungan Djuanda merupakan sebuah cascade yaitu serangkaian bendungan yang disusun seri untuk aliran sungai Citarum. Rangkaiannya adalah bendungan Saguling-bendungan Cirata-bendungan Djuanda. Bendungan Djuanda memiliki menara pelimpah tipe morning glory. Menara ini merupakan satu-satunya pelimpah di dunia yang berfungsi juga sebagai pembangkit listrik. Menaranya terbuat dari cincin beton yang dicor dari atas ke bawah. Sedangkan bagian pinggir menara menggunakan cincin beton. Di dalam morning glory terdapat unit pembangkit listrik antara lain :
- 6 buah pintu air yang berfungsi mengalirkan air ke turbin berdaya masing-masing 31 Mega Watt.
- 2 buah hollow jet dengan 5% bukaan dan berkapasitas 270 m3 per detik.
Air yang berasal dari waduk diusahakan masuk ke turbin terlebih dahulu untuk dirubah menjadi energi listrik. Ada enam buah turbin, 3 diantaranya terletak di terowongan kanan, 3 lainnya di terowongan kiri. Terowongan terbentuk seperti leher angsa yang bagian hulunya lebih tinggi.
Bendungan Ir. H. Djuanda atau lebih dikenal dengan sebutan waduk jatiluhur merupakan waduk yang dibuat berdasarkan potensi debit aliran sungai citarum yang mencapai rata-rata 5.5 m3 milyar per tahun dengan debit rata-rata tahunan 175 m3 per detik. Pembangunan bendungan ini dimulai pada tahun 1957 dan mulai dioperasikan pada tahun 1967. Sejak bendungan selesai, diperlukan waktu 3 tahun agar debit air di dalam waduk stabil dan bisa dimanfaatkan. Awalnya, ide bendungan berasala dari Prof. Dr. W.J. Van Blommestein (1948) yang dikaji ulang oleh Ir. Schravendijk dan Ir. Abdullah Angudi pada tahun 1950.
Saat ini, bendungan Djuanda merupakan sebuah cascade yaitu serangkaian bendungan yang disusun seri untuk aliran sungai Citarum. Rangkaiannya adalah bendungan Saguling-bendungan Cirata-bendungan Djuanda. Bendungan Djuanda memiliki menara pelimpah tipe morning glory. Menara ini merupakan satu-satunya pelimpah di dunia yang berfungsi juga sebagai pembangkit listrik. Menaranya terbuat dari cincin beton yang dicor dari atas ke bawah. Sedangkan bagian pinggir menara menggunakan cincin beton. Di dalam morning glory terdapat unit pembangkit listrik antara lain :
- 6 buah pintu air yang berfungsi mengalirkan air ke turbin berdaya masing-masing 31 Mega Watt.
- 2 buah hollow jet dengan 5% bukaan dan berkapasitas 270 m3 per detik.
Air yang berasal dari waduk diusahakan masuk ke turbin terlebih dahulu untuk dirubah menjadi energi listrik. Ada enam buah turbin, 3 diantaranya terletak di terowongan kanan, 3 lainnya di terowongan kiri. Terowongan terbentuk seperti leher angsa yang bagian hulunya lebih tinggi.