Tiga minggu lalu, untuk kesekian kalinya saya
bersama kawan-kawan AADT (Arung Alam Dekati Tuhan) mencoba mendekatkan diri
pada Tuhan. Kali ini kami mencoba mendaki gunung Merbabu. Merbabu terletak di
propinsi Jawa Tengah, tepatnya di perbatasan kabupaten Magelang, Boyolali, Salatiga
dan Semarang. Posisi Merbabu cukup strategis untuk mendapatkan pemandangan
gunung-gunung lain. Sebelah selatan ada Merapi, sebelah timur ada Lawu, sebelah
utara ada Ungaran, dan sebelah barat terlihat Sumbing, Sindoro dan Sikunir.
Sebenarnya di sebelah barat pun seharusnya terlihat Slamet tetapi kemarin tidak
terlihat atau memang sayanya yang ngga ngeh. Hehe.
Merbabu memiliki beberapa puncak. Puncak paling
tinggi adalah puncak Kentheng Songo, tingginya 3142 mdpl. Puncak lainnya yaitu puncak
syarif, tingginya 3119 mdpl. Untuk menuju puncak ada 3 jalur yang bisa dipilih
yaitu jalur Selo, jalur Wekas, dan jalur Kopeng. Kami memilih jalur Wekas
karena waktu tempuh yang lebih pendek dan lokasi yang lebih dekat dari
Semarang. Kebetulan kami menggunakan KA Tawang Jaya yang tujuan akhirnya
stasiun Semarang Poncol. Sebagai gambaran, berikut catatan perjalanan yang coba
kami buat:
---
Jum’at, 13 September 2013
22.10 – 05.16 Perjalanan dari stasiun Pasar Senen –
stasiun Semarang Poncol menggunakan KA Tawang Jaya. Kereta terlambat, kami tiba
di Poncol pukul 06.45
Sabtu, 14 September 2013
06.45 – 09.00 Sarapan pagi dan lain-lain
09.00 – 12.00 Perjalanan dari stasiun Semarang
Poncol – base camp Wekas menggunakan truk
12.00 – 13.00 Istirahat, sholat, makan, repacking
13.00 – 17.30 Base camp Wekas – Pos 2
17.30 – 04.00 Istirahat, pasang tenda, makan, ngobrol,
tilawah, api unggun, masak, nyemak, dll.
Ahad, 15 September 2013
04.00 – 08.20 Pos 2 – Puncak Kentheng Songo
08.20 – 09.00 Puncak Kentheng Songo. Foto-foto.
Menikmati keindahan alam dan merenungi ciptaan Tuhan
09.00 – 11.00 Puncak Kentheng Songo – Pos 2
11.00 – 13.00 Istirahat, sholat, makan, bongkar
tenda, packing
13.00 – 14.20 Pos 2 – base camp Wekas
14.20 – 15.15 Istirahat, bersih-bersih, sholat, packing
15.15 – 18.30 Perjalanan dari base camp Wekas –
stasiun Semarang Poncol
18.30 – 20.00 Makan, sholat, bersih-bersih, beli
minum & makanan kecil
20.00 – 04.00 Perjalanan dari stasiun Semarang
Poncol – stasiun Jatinegara menggunakan KA Kertajaya. Seharunya kereta
berangkat pukul 19.33, sampai 02.53
---
Base camp Wekas – Pos 2
Perjalanan dari base camp Wekas ke pos 2 cukup
melelahkan, maklum beberapa dari kami masih kurang persiapan fisik bahkan
mungkin ada yang tidak tetapi ngaku-nya
sudah lari, lari dari kenyataan atau lari-lari dalam mimpi *emotstraightface. Ya, jadi 4,5 jam baru
sampai pos 2, sudah menjelang maghrib pastinya. Kondisi pos 2 ini lumayan luas,
bisa muat lebih dari dua puluhan tenda (semoga engga lebay). Selain itu,
terdapat sumber air. Ya! Air sangat penting buat kami para pendaki gunung,
tanpanya kami kehausan dan kelaparan. Semakin sadar bahwa air sangat vital bagi
keseharian. Sayangnya kadang masih ada orang yang boros menggunakan air contoh
berwudhu dengan kran dibuka full
padahal dengan dibuka setengah saja, itu sudah cukup untuk berwudhu.
Medan menuju pos 2 rata-rata sekitar 45 derajat.
Bah! Ini angka darimana, memang agak-agak kirologi
sih. Jalan setapaknya berdebu, bukan pake
aja melainkan pake banget. Esoknya pas turun ke bawah dan
sampai depok, baru sadar kotoran hidung-nya menghitam *iyeeuhhh. Itu artinya medannya
memang sangat berdebu. Perlu diingat, naiknya bulan September, medan berdebu,
jangan lupa bawa masker. Sepanjang jalan, pohon-pohonan masih banyak
bertengger, terkadang panas, terkadang bisa ngadem.
Saat mulai naik, cuaca masih mendung,
adem dong. Terus 30 – 60 menit
berlalu matahari mulai nongol, *jeng-jeng lupa make sun screen/sun block.
Sisa olean sun screen di Semarang udah kebasuh sama air wudhu untuk sholat
dzuhur – ashar. Yah! Nasib.
Kode SOS Palsu
Ada kejadian menarik waktu pendakian kemarin. Intinya
adalah ada orang yang teriak minta tolong
(sembari menyalakan lampu senter
kedap-kedip ke arah pos 2) dan minta
dibawain air ke atas (mungkin sekitar pos pemancar). Kami yang ada di pos 2
panik karena ada juga laporan dari orang yang baru turun bahwa ada rombongan
yang collaps. Koordinasi dengan
berbagai rombongan dilakukan, logistik disiapkan, alat resque sederhana juga dipersiapkan. Jumlah tim resque 6 atau 7
orang (saya lupa). Perjalanan sekitar 2 jam. Sampai di pos pemancar, ternyata
kami dibohongi. Rombongan yang ditemui di sekitar pos pemancar tidak mengaku
berteriak minta tolong, bahkan malah membuat kesal. Sungguh sangat disayangkan
perilaku tersebut. Helloww, gunung
bukan tempat untuk ngerjain orang
karena taruhannya bisa nyawa. Akhirnya, tim resque
turun ke pos 2 dengan tangan hampa dan mungkin rasa kesal. Bagi saya, ini jadi
pelajaran penting bahwa siapapun tidak boleh sembarangan menggunakan kode SOS
atau memohon bantuan jika memang tidak terjadi apa-apa. Kejadian seperti ini
justru bisa membuat sebagian orang anti-pati terhadap kode SOS. Orang yang
sudah pernah atau menyaksikan temannya dibohongi mungkin akan tidak peduli jika
ada kode SOS lagi di perjalanan berikutnya. Padahal mungkin kode SOS tersebut
memang benar-benar keadaan kritis. Ya, semoga tidak demikian dan semoga mereka
yang mengerjai diberikan kesadaran, aamiin.
Menuju Puncak Kentheng Songo
Kami bangun pukul 03.15. Suhu udara tak mau
kompromi. Di luar tenda tentu lebih dingin. Rencana kami semalam, mulai summit attack pukul 04.00, agak siang
memang karena target kami hanya sampai pos pemancar. Pakaian double, jaket double, kupluk, sarung tangan (gloves),
kaus kaki double, sepatu, headlamp/senter, syal, tetapi udara
masih aja menusuk. Tidak semua dari kami ikut summit attack, ada 3 orang yang menunggu tenda karena kondisi fisik
tidak memungkinkan. Di perjalanan menuju pos pemancar juga 1 orang diantar
kembali ke pos 2 karena kadar oksigen pagi hari masih tipis, kekurangan oksigen
bagi sebagian orang cukup mengganggu pernapasan.
Sampai di pertigaan menuju pos pemancar (ke kiri)
– puncak (ke kanan) sekitar pukul 06.20. Dengan agak sedikit memaksa kami
menuju puncak. Jalanan berbatu, sedikit datar. Sebelah kiri jurang, mendatar
lagi, naik terjal agak merangkak. Sampailah di pos helipad. Kondisi kanan kiri
masih jurang, memang kami melewati punggung bukit. Orang lebih sering menyebut
jalur tersebut sebagai jembatan setan karena kanan kiri-nya jurang. Kemudian,
kadang datar, nanjak dikit, turun dikit, berbatu, berdebu. Lengkap
sekali medan Merbabu ini. Menjelang pertigaan pertemuan jalur Wekas – Kopeng,
medan sangat curam. Setapak demi setapak, sebelah kiri jurang, dalam, kalau
jatuh ya wassalam. Sampai di pertigaan, ambil ke kanan. Di depan kami terlihat
puncak syarif. Di posisi ini, kami sudah cukup dapat pemadangan Sindoro,
Sumbing, Sikunir dan Lawu. Merapi belum terlihat. Sampai disini saya sudah ketar-ketir khawatir waktu ngga kekejar. Beberapa dari kami sudah
di depan menuju puncak Kentheng Songo, beberapa mencukupkan diri disini. Dari
posisi ini menuju Kentheng Songo, mendatar, sebelah kiri jurang sekitar 60 – 70
derajat (lagi-lagi kirologi), naik dikit, turun dikit, berbatu, kalau
berpapasan salah satu harus berhenti karena kalau tidak bisa tergelincir ke
jurang. Menjelang puncak, medan-nya sangat wah. Terjal, berbatu, berdebu! Perlu
sedikit merangkak, pegangan kuat, berdekatan dengan yang lain untuk mengulurkan
tangan (bagi sesama jenis). Fiuh, tanjakan terakhir adalah tanah tebal berdebu.
Akhirnya, sampai juga di puncak Kentheng Songo pukul 08.20.
Di puncak, ritual dimulai. Cekrak, cekrik, hup,
cheese, itu suara-suara yang keluar saat mau diambil gambar. Alhamdulillah
cuaca cerah, matahari terik, angin sepoi-sepoi, kadang kabut menutupi Merapi.
Pemandangan sungguh exotis. Dari sini, terlihat Merapi, jelas, elegan! Selama
40 menit, kami berfoto ria dengan berbagai gaya, membuat tulisan, foto dengan
spanduk, dst. Lelah? Pasti. Namun, di puncak gunung, semuanya terbayar. Serius.
Turun pukul 09.00, agak setengah berlari tetapi tetap berhati-hati. Sampai di
pos 2 pukul 11.00, alhamdulillah.
---
Biaya perjalanan kali ini cukup hemat, cocok untuk
ukuran mahasiswa meskipun empot-empotan
juga. Hehe. Harga tiket KA Tawang Jaya sebesar Rp 45.000, KA Kertajaya Rp.
50.000. Sementara transportasi dari Semarang ke Wekas, kami menggunakan truk.
What! Truk? Yap betul truk yang biasa buat ngangkut
pasir, sayur-mayur, sapi, kambing, dst. Jadilah kami ber-25 sapi yang dipanggang
panasnya matahari. Tentunya sebelum naik truk kami ribet-ribet memakai sun
screen, sun block, after sun, dan sun-sun
yang lain, supaya warna kulit tidak menghitam, hehe. Kami menyewa truk pulang –
pergi tetapi truk tidak menginap. Biaya sewanya lebih murah Rp 400.000 dari
harga normal. Kebetulan salah satu rombongan kami memiliki teman di Semarang,
jadi saya meminta tolong beliau untuk mencarikan kendaraan. Enak tho punya banyak teman? Tapi jangan
sampai sepragmatis itu ya dalam berteman. Itu bisa jadi disebut sebagai
tingkatan teman paling rendah, yang hanya ingin mengambil manfatnya saja. Namun,
saya percaya setiap kalian tidaklah demikian. Lanjut, untuk uang logistik saya
alokasikan Rp 100.000. Itu mencakup sewa alat, beli gas, parafin, bahan
makanan, biaya masuk kawasan Merbabu, P3K, dll. Jumlah 25 orang cukup membuat
berbagi biaya tetapi mengkoordinasikan pendakian dengan jumlah segitu juga cukup melelahkan, hehe
*lebay.
Mungkin sebagian orang membayangkan mendaki gunung
merupakan perjalanan memprihatinkan (meski sebenarnya iya, hehe, kalau tidak
dipersiapkan dengan baik). Jika dipersiapkan dengan baik makan semuanya akan
senang-senang saja. Contoh: kami bisa makan ayam goreng di gunung. Buat yang
mbah Gunung alias orang yang sering naik gunung, mungkin itu biasa. Bagi AADT
luar biasa karena baru kali ini menunya ayam goreng, hehe. Itu tidak terlepas
dari koki yang handal. Oia, jago masak di rumah belum tentu jago masak di
gunung lho. Ternyata suhu udara cukup berpengaruh. Jadi, bagi yang pinter masak jangan sombong kalo bisa
masak di gunung, coba buktikan dulu. Selain ayam goreng, ada sayur sop, tumis
sayur. Sebenernya kami juga udah bawa
bahan untuk masak brokoli cheese melt (eh bener ngga nih namanya
*emotkeringetsatubiji) tapi karena cheese-nya
ngga melt-melt meski sudah dicoba
beribu cara, akhirnya mission failed.
Mungkin cheese-nya bisa melt kalo liat cowok ganteng yak,
hehehe. Kami juga bawa lauk siap saji, sebut saja ikan bilih danau kerinci
campur kacang, hmm yummy (tapi ga
sempet makan juga sik L). Ada juga dendeng kering srundeng tapi ini udah
duluan abis di base camp Wekas, bersama lontong, hehe. Ya, intinya sangat
menyenangkan perjalanan mendaki gunung bersama AADT, selalu ceria, dzikir tetep
jalan karena ada ustadz-nya, makanan enak, minuman juga sehat, cemilan lengkap,
alat dokumentasi lengkap, biaya terjangkau*, hehe (*relatif tergantung status,
buat yang udah kerja lumayan terjangkau, buat yang masih mahasiswa atau baru
lulus, yaa lumayan empot-empotan, hehe).
Ada dua hal lagi yang kelupa. Pertama, mendaki
Merbabu ini sebenarnya buat merayakan wisuda beberapa anggota AADT (tentunya juga
mendekatkan diri pada Tuhan) tapi yang buat krik-krik
adalah toga udah dibawa sampai pos 2 tapi lupa dibawa ke puncak. Alhasil, ndak ada foto bertoga di perjalanan kali
ini, sedih bener yang udah bela-belain bawa toga. Yasudahlah, yang
penting perjalanan lancar dan kembali ke rumah dengan selamat, it’s enough i think :). Kedua, setiap perjalanan, AADT selalu memiliki jargon. Kali ini jargonnya
adalah Streeessss bet siii! ini
dipatenkan dari celetukan salah satu anggota AADT. Sepanjang perjalanan, setiap
diledekin maka muncul celetukan yang ada kata-kata stresss-nya, mungkin memang
stres beneran, hehe. Kalau stres beneran malah saya tidak khawatir karena
Merbabu dekat dengan Magelang dimana terdapat Rumah Sakit Jiwa :p. Menjelang
turun dari pos 2 ke base camp Wekas, kami tak lupa meneriakkan jargon. Wisuda
Merbabu!!! Streeessss bet siii!!!
-Berikut spoiler foto-fotonya-
Pemandangan Gunung Lawu |
Tanjakan Terjal |
Tanjakan Terjal |
Tanjakan Terjal |
Tanda Menuju Puncak |
Pemandangan Gunung Merapi |
Pemandangan Gunung Sumbing - Sindoro - Sikunir (3S) |
Jembatan Setan |
Puncak Syarif dan Puncak Kentheng Songo |
Ai dan Merapi |
Rekind Adventure Community di Merbabu |
Pos Pemancar |
Ai and 3S |
The Team |
etdah itu ka fikri Hot banget kayanya hahaha :D
BalasHapuska Ruffi mau Putuy yang make syal Arsenal dundd
hehehe.
BalasHapus